Jumat, 16 Maret 2012

Demo, Warga Tebar 'Bibit Lele Waluyo'


Warga Kecamatan Tawangsari menggelar demo dengan memblokir jalan milik provinsi Jawa Tengah di jalan Pattimura yang menghubungkan Kabupaten Sukoharjo - Gunungkidul (D.I.Yogyakarta), hari ini. Aksi dilakukan dengam menebar ikan lele yang disimbolkan sebagai Bibit 'Lele' Waluyo. Tidak hanya lele, warga juga menanam pohon pisang di sejumlah titik jalan yang berlubang. Warga geram atas kerusakan jalan yang tidak kunjung diperbaiki oleh provinsi. Terlebih lagi Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo berjanji memperbaiki jalan tersebut dalam program 'bali deso mbangun deso'. 
Aksi dilakukan di depan SMAN 1 Tawangsari atau tepatnya di jalan Pattimura, Banjarsari RT 03 RW III Tawangsari, Sukoharjo sekitar pukul 10.00 WIB. Secara spontan warga yang lebih dulu sudah berkumpul langsung memblokir jalan. Akibatanya pengguna jalan yang kebetulan melintas tidak bisa lewat.

Aksi blokir jalan tersebut membuat petugas dari Satlantas Polres Sukoharjo, Koramil Tawangsari dan Kecamatan Tawangsari ikut memberikan pengamanan. Akibat pemblokiran tersebut membuat akses kendaraan terputus total sehingga menyebabkan kemacetan.
“Warga sudah geram dan kecewa atas kerusakan jalan ini karena tidak ada perhatian penuh dari provinsi. Padahal jalan ini milik provinsi seperti janji gubernur 'bali deso mbangun deso' tapi tidak ditepati. Jadi warga menebar ikan lele yang disimbolkan sebagai Bibit 'Lele' Waluyo,” ujar koordinator aksi Wahyono saat berorasi, Kamis (15/3).

Ikan lele tersebut disimbolkan warga sebagai sebuah ketidakpedulian provinsi Jawa Tengah. Sebab sudah berulang kali warga meminta kepada guburnur untuk segera diperbaiki. Namun laporan yang sudah diterima oleh gubernur tersebut tidak kunjung diperbaiki.

“Kami meminta kepada Pemkab Sukoharjo untuk tidak menyetorkan pajak kendaraan bermotor kepada provinsi. Karena jalan rusak ini tidak kunjung diperbaiki,” lanjutnya.
Hadiyanto peserta aksi saat berorasi menambahkan bahwa warga Kabupaten Sukoharjo khususnya yang tinggal di Kecamatan Tawangsari. Sebab jalan yang rusak sudah sangat parah menyebabkan banyak kecelakaan.
“Total jalan yang rusak sepanjang lebih dari 14 kilometer mulai dari depan pabrik PT Sritex Sukoharjo Kota hingga Gunungkidul Yogyakarta,” lanjutnya.

Peserta aksi lainya, Joko Cahyono menambahkan bahwa warga menuntut keras kepada gubernur untuk segera melakukan perbaikan jalan. Terlebih lagi sebentar lagi pemerintah berencana menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).”Sebelum harga BBM naik, jalan harus sudah diperbaiki,” lanjutnya.
Camat Tawangsari Rusdiyono yang ikut memantau aksi demo warga mengatakan bahwa pihak kecamatan menyambut baik aksi demo warga. Sebab kerusakan jalan yang terjadi sudah sangat parah sejak dua tahun terakhir. Khusus di Lorog Tawangsari tempat aksi demo warga berlangsung kerusakan terjadi sepanjang 3 kilometer lebih. Kerusakan tersebut membuat pengguna jalan sering mengalami kecelakaan.

Atas aksi demo warga tersebut Rusdiyono mengaku langsung berkoordinasi dengan Bina Marga Jawa Tengah. Dalam komunikasi melalui  Kabid PU Binamarga Jawa Tengah Sukimin diketahui hasilnya bahwa pihak provinsi menjanjikan akan mengirim material bangunan untuk bahan perbaikan jalan.

“Besok pagi (Jumat-red) pihak Binamarga Jawa Tengah berjanji akan mengirim material bangunan untuk perbaikan jalan. Jadi ditunggu saja, kalau tidak datang jelas pihak provinsi ingkar janji dan itu akan semakin membuat warga geram,” tegas Rusdiyono.
Rusdiyono mengatakan kerusakan jalan ini memang menjadi tanggungjawab provinsi untuk perbaikan. Sebab status jalan tersebut merupakan milik provinsi. Namun begitu, pihak kecamatan dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sukoharjo pernah melakukan perbaikan, tapi sifatnya hanya tambal sulam. 

“Kalau untuk perbaikan total jelas sulit karena butuh biaya sangat mahal. Terlebih lagi jalan rusak ini milik provinsi jadi mereka yang harus memperbaiki,” lanjutnya.(sumber : http://krjogja.com )

Senin, 27 September 2010

Siswi SMP4 TWS pakai rok mini ke sekolah, suruh ganti pakai sarung

Sungguh eronis memang, beritanya aja sampai ke yahoo, okezone, dll. Yg salah guru ato muridnya ya????Berikut berita yg saya kutip dari solopos.

gambar di samping adalah ilustrasi rok yg salah...

Sukoharjo (Espos)--Salah seorang siswi SMPN 4 Tawangsari, Anisa Aulia Putri, 14, merasa diperlakukan semena-mena oleh guru bimbingan konseling (BK) di sekolahnya. Pasalnya, dia dipaksa untuk mengganti rok yang dia kenakan dengan sarung milik sekolah.

Atas kejadian itu, Anisa merasa malu dan tertekan. Bahkan, sehari seusai kejadian itu, dia tidak masuk ke sekolah. Kejadian yang dilakukan guru BK terhadap Anisa langsung mendapatkan perhatian dari lembaga swadaya masyarakat LSM, Komisi IV DPRD Sukoharjo, serta Dinas Pendidikan (Disdik) Sukoharjo.

Manajer Lembaga Peduli Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (LP3M) Sukoharjo, Wahyono yang mendampingi Anisa mengatakan peristiwa yang terjadi Rabu (22/9) tidak bisa dibenarkan. Karena pelaksanaan tata tertib di sekolah bisa dilaksanakan dengan cara santun dan tidak dengan paksaan yang justru membuat mental siswa menjadi tertekan.

“Kasihan sekali anak itu, sampai dia nangis karena malu. Pulangnya saja dia masih pakai sarung. Sementara roknya disita oleh guru BK,” ujar Wahyono kepada wartawan di SMPN 4 Tawangsari, Jumat (24/9).

Dia menambahkan, jika memang rok yang dikenakan Anisa dianggap terlalu pendek atau ketat, seyogyanya guru setempat bisa memperingatkan dengan cara halus dan sopan. Bisa juga dengan cara memberikan peringatan lisan atau tertulis, bahkan bisa jadi memberikan surat teguran kepada wali murid yang bersangkutan.

“Menurut pengakuan dia (Anisa-red), dia dipaksa pakai sarung itu. Karena roknya dianggap terlalu pendek. Karena anak itu memang bongsor, tingginya melebihi teman-teman lain, sekitar 165 cm,” tukas Wahyono.

Anggota Komisi IV DPRD Sukoharjo, M Samrodin yang melakukan inspeksi mendadak ke SMPN 4 Tawangsari langsung meminta klarifikasi dari pihak sekolah yang bersangkutan, Jumat.

Menurut Guru BK SMPN 4 Tawangsari, Sugiman, Anisa dan sekitar tiga murid lainnya sudah berulang kali mendapatkan teguran mengenai rok yang ia kenakan sejak ia duduk di kelas VIII. Tapi teguran itu tidak pernah diindahkan.

Sugiman mengatakan, ukuran dan cara pemakaian rok yang dilakukan siswi kelas IX dan ketiga temannya melanggar kesopanan dan masuk dalam pelanggaran tata tertib sekolah.

“Cara memakainya itu mete-mete (agak mlorot dari pinggul-red). Apalagi, sudah ada aturan kalau rok sekolah harus sampai bawah lutut. Sedangkan celana untuk laki-laki batasannya lima centimeter di atas lutut. Kalau peringatan sudah berulang-ulang, tapi tetap saja tidak digubris,” jelasnya.

Dia mengaku tidak memaksa apalagi menggunakan cara-cara kasar ketika meminta Anisa mengganti roknya dengan sarung yang biasa digunakan salat berjamaan SMPN 4 Tawangsari itu. Dia pun menyuruhnya ganti di kamar mandi guru, bukan di tepat terbuka.

“Kejadiannya itu sekitar pukul 08.30 WIB. Dan setahu saya, pulangnya Anisa pinjam celana olahraga temannya,” jelas Sugiman.

Dari kejadian itu, Kepala SMPN 4 Tawangsari, Sriyono dipanggil Disdik untuk menjelaskan duduk perkara dari persoalan itu. Di hadapan Komisi IV, Sriyono juga menambahkan, kalau apa yang dilakukan Sugiman semat-mata untuk menegakkan peraturan dan tata tertib sekolah. Pihak sekolah juga berjanji, akan menegakkan tata tertib sekolah dengan cara yang benar.

“Kami menerima segala masukan itu. Kami berharap, peristiwa ini justru tidak menjadi bola panas. Kami tadi juga sudah menjelaskan peristiwa ini pada Disdik,” katanya.

M Samrodin berharap, penegakkan tata tertib sekolah bisa dilaksanakan dengan cara santun dan tidak menyebabkan siswa justru menjadi tertekan secara fisik maupun mental. Dia juga meminta Disdik tidak mengacuhkan persoalan-persoalan ironis di dunia pendidikan yang terjadi saat ini.